Adalah Kevin Plank, seorang pemuda berusia 23 tahun
yang menjadi pelopor penggunaaan kaos dalam khusus untuk olahraga. Kevin, yang
saat itu adalah atlit American Football, merasa kaos dalam dari bahan katun
yang digunakan merepotkan dirinya karena gampang sekali basah terkena keringat
dan harus berulang kali diganti. Terinspirasi oleh celana boxernya yang tetap
kering selama berolahraga, Kevin mengembangkan t-shirt dari bahan serupa yang
dapat menyalurkan keringat, menjaga suhu tubuh atlit selama pertandingan, dan
lebih ringan. Ia kemudian mendirikan perusahaan bernama Under Armour pada tahun
1996, dan menjadi pelopor tren penggunaan baselayer di kalangan atlit.
Tren penggunaan baselayer ini semakin meningkat tiap
tahun, perusahaan seperti nike, adidas, dan reebok-pun turut serta dalam bisnis
ini. Mereka
menggunakan atlit-atlit profesional yang bernaung dibawah merek mereka untuk
mempromosikan produk ini. Hasilnya, baselayer kini seakan menjadi peralatan
wajib bagi mereka yang akan melakukan olahraga. Apabila 10-15 tahun yang lalu
harga 30-50 dolar untuk sebuah pakaian dalam olahraga dirasa sangat mahal,
namun harga tersebut kini dirasa lumrah. Adidas bahkan mengklaim bahwa
tekhnologi baselayer yang mereka gunakan, yaitu powerweb techfit, dapat
meningkatkan kemampuan sang atlit.
Di sisi
lain, promosi penggunaan baselayer memberikan dampak tersendiri di lapangan
sepakbola. Apabila di era sebelum pertengahan 2000an kita kerap melihat para
pemain menggunakan jersey lengan panjang, maka 1-2 tahun terakhir, pemain lebih
memilih untuk menggunakan lengan pendek, dengan baselayer lengan panjang di
bagian dalam. Ini disebabkan oleh perkembangan tekhnologi baselayer, yang bahkan
dalam cuaca sedingin apapun dapat menjaga kondisi tubuh pemain. Jersey lengan
panjang yang dulu menjadi incaran, kini seakan menurun popularitasnya karena
pemain lebih memilih untuk menggunakan jersey lengan pendek plus baselayer
lengan panjang. Beberapa klub bahkan kabarnya melarang pemainnya untuk
menggunakan lengan panjang, untuk mempromosikan baselayer dari sponsor apparel
mereka. Andai saja penggunaan baselayer sudah populer di tahun 2002, maka kamerun, yang
saat itu menggunakan kostum tanpa lengan dari puma, tidak perlu menggunakan
kain yang disambungkan dengan kostum untuk membuat lengan buatan. Baselayer
bisa menjadi solusi, untuk menjembatani kostum tanpa lengan tim nasional
Kamerun dan keinginan FIFA untuk meletakkan logo piala dunia mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar